Selamat Datang ! Suatu kehormatan bagi saya atas kunjungan anda di blog kumpulan Dalil Allah ini.jangan lupa untuk mampir lagi di alamat blog www.azkiahan.blogspot.com. Semoga mendapat sesuatu yang bermanfaat di Blog ini

Sabar

Arti, Dalil, dan Macam Sabar


sabar itu pahit DP BBM   Sabar dan sabar adalah kunci segalanya
   Siapa diantara kita yang tidak pernah mendengar tentang kesabaran, lima kata yang amat sering telinga kita mendengarnya, cukup mudah diucapkan, namun amat sulit untuk bisa mengaplikasikan, serta mendudukan arti kata sabar itu sendiri dalam setiap aktivitas yang kita jalani dalam mengarungi roda kehidupan nan penuh tantangan dan cobaan. Disini pemakalah akan menguraikan sedikit tentang arti, macam sabar merujuk pada apa yg Allah firmankan dalam kitab-Nya, beserta sabda rasul dalam hadistnya.
Dalil tentang sabar dan keutamaannya :
يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوةِ  اِنَّ اللهَ مَعَ الصَّا بِرِيْنَ
“ Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar “. (QS. Al-Baqarah: 153)
يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَا بِرُوا وَرَا بِطُوا  والتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“ Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga(diperbatasan negrimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung “. (QS. Ali Imran: 200)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا
“ Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka bersabar “. (QS. As-Sajdah: 24)
Arti Sabar dan Pengaruhnya Dalam Keseharian
    Sabar, seperti dinukil dari kamus praktis bahasa Indonesia terbitan Ganeca Exact. Mempunyai arti tidak mengeluh atau marah atas segala musibah yang menimpa seseorang, juga bisa berarti tenang, dan telaten. Istilah atau kata sabar muncul kurang lebih seratus kali dalam al-Qur’an dan hadis Nabi, bermakna ketabahan, bukan menahan kemalangan atau tunduk kepada keadaan yang tidak menyenangkan.
    Umumnya orang mengetahui bahwa sabar hanya satu jenis saja, yaitu sabar dikala kita mendapatkan suatu musibah, ketika ada kerabat maupun sanak saudara yg istrinya atau anaknya meninggal, kita sering katakan “ yang sabar ya “. Begitupun ketika ada kawan kita yang berbaring dirumah sakit, kita ucapakan “ yang sabar ya dalam menjalani cobaan hidup “,.
    Nyatanya merujuk pada salah satu hadist Rasulullah Saw, sabar itu ada tiga macamnya : sabar jalani penderitaan, sabar kerjakan ketaatan, dan sabar tinggalkan kemaksiatan. Siapa sabar menjalani musibah penderitaan, Allah angkat baginya tiga ratus derajatnya. Siapa yang sabar mengerjakan ketaatan, Allah angkat baginya enam ratus derajatnya. Siapa sabar meninggalkan kemaksiatan, Allah angkat baginya sembilan ratus derajatnya.
   Pertama adalah sabar saat menghadapi musibah, sebagaimana yang banyak dikenal banyak orang umumnya. Namun seperti diterangkan hadist diatas, dibandingkan dua macam sabar lainnya maka ini mempunyai nilai yang paling rendah, sebab sudah pasti orang yang terkena musibah sepatutunya bersabar, apabila tidak maka ia akan mendapatkan musibah tiga kali, yaitu musibah itu sendiri, yang sudah barang tentu tidak menyenangkan dirinya. Kemudian penyakit hati yang akan bersarang dihatinya akibat musibah tersebut, karena seseorang yang tidak mau bersabar dikala dapat musibah ia akan terserang penyakit jiwa alias stres, terakhir adalah hukuman dari Allah, karena menyalahi perintah-Nya, yaitu bersabar saat terkena musibah. Allah berfirman :
مَا عِنْدَ كُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَا نُوا يَعْمَلُوْنَ
“ Apa yang disisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal. Dan kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan “ (an-Nahl: 96)
 Oleh karena itu bersabarlah tatkala musibah itu menimpa kita.
    Sabar berikutnya, yang nilainya lebih besar adalah sabar dalam menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Karena sabar dalam hal ini lebih berat ketimbang sabar dalm menghadapi musibah. Abdullah bin Umar RA, pernah suatu ketika menulis surat kepada Musya al- Asy’rinyang berbunyi, “Engkau harus berlaku sabar. Harap diketahui bahwa sabar itu ada dua macam, yang satu lebih utama dari yang lainnya. Sabar di dalam musibah yang menimpanya adalah baik, tetapi bersabar terhadap hal-hal yang diharamkan Allah adalah lebih baik lagi. Harap diketahui juga bahwa sabar adalah separuh dari iman. Hal itu disebabkan bahwa takwa adalah perbuatan baik yang paling utama sedang takwa itu memerlukan kesabaran”.
   Sabar atas musibah dinilai lebih ringan karena memang apa yang bisa kita lakukan dan tidak ada pilihan lain bagi manusia dalam menghadapinya. Musibah adalah taqdir bagi manusia meskipun kadang akibat dari perbuatannya sendiri juga. Sedangkan sabar untuk selalu taat dalam menjalankan setiap hal yang Allah perintahkan memang  lebih berat, dikarenakan manusia mempunyai nafsu yang cenderung untuk melawan kehendak Ilahi, yang kebanyakan manusia menjadi budak dan tak mampu dalam mengendalikan nafsu tersebut. Akhirnya adalah ketergelincirannya dalam lubang kemaksiatan, demikian juga berbeda dengan sabar ketika menghadapi musibah, masih ada orang yang akan menghibur kita, tetapi tidak dalam sabar melakukan ketaatan pada setiap perintah-Nya.
   Bahkan Allah sendiri berfirman dalam al-Qur’an:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِا لصَبْرِ وَالصَلَوةِ  وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلاَّ عَلَي الْخَاشِعِيْنَ
“ Dan mohonah pertolongan(kepada Allah) dengan sabar da shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang ang khusyuk “ (al-Baqoroh :45).
    Artinya shalat itu berat, penuh dengan namanya kesabaraan, ketekunan, dan ketabahan. Hanya orang yang khusyuk tidak berat untuk mengerjaka itu semua. Itu baru shalat, belum puasa, zakat, jihad, Dan sebagainya yang butuh pengorbanan dan perjuangan lebih berat. Untuk mengerjakan ketaatan dibutuhkan kesabaran, wajarlah bila sabar dalam melaksanakan ketaatan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada menghadapi musibah.
    Sedangkan sabar dalam menghadapi atau meninggalkan kemaksiatan lebih berat lagi. Sabar seperti ini tiga kali lipat beratnya dari sabar dalam menghadapi musibah. Hawa nafsu manusia yang mengebu-gebu malah justru condong menyuruh melakukan kemaksiatan dari pada kebaikan. Banyak sekali contoh yang bisa kita lihat dalam kehidupan kita, misalkan, seorang hakim yang sedang melakukan sidang sebuah kasus korupsi, tiba-tiba datang kepadanya salah seorang suruhan dari sang tersangka dengan membawa uang atau istilah lainnya yang sering kita kenal dengan sogok(suap), agar ia terbebas dari hukuman. Kalo misalnya serang hakim tak memiliki iman yang kuat maka terjadilah suap-menyuap tersebut, perbuatan yang amat sangat dilarang oleh agama.
      Disinilah kesabaran dalam melakukan kemaksiatan di uji. Juga terhadap seorang pemuda yang dihadapkan pada kondisi sedang berduaan dengan seorang wanita yang amat dicintainya, ditempat sepi serta merta wanita tersebut menawarkan kesuciannya pada lelaki tersebut, sudah bisa dibayangkan apa yang terjadi setelah itu apabila pemuda tadi tidak punya iman dan kesabaran yang kuat. Selaras dengan kisah Nabi Yusuf yang digoa oleh Zulaikha. Maka tak salah bila Nabi memberi pahala yang tinggi pada orang-orang yang sabar dalam hal ini, karena tidak semua orang mampu melakukannya dalam kondisi tersebut.
    Bahkan Rasulullah SAW bersabda bahwa sabar adalah harta yang terpendam di dalam surga :
الصبر كنز من كنوز الجنة
“ kesabaran itu adalah harta terpendam disurga “
   Maka dari itu :
    Apakah kita mempunyai solusi selain bersabar dalam hal-hal yang menimpa dan menjalani   apa yang terjadi di kehidupan kita?              
     Apakah kita juga mempuyai senjata lain yang dapat kita gunakan selain bersabar?
  
Daftar pustaka
Handrianto Budi, Kebeningan Jiwa Percikan renungan hikmah (Jakarta: Gema Insani, 2007)
Al-Qarni ‘Aidh, La Tahzan, diterjemahkan oleh Samson Rohman (Jakarta: Qisthi Press, cet ke-50, 2010)
Reza Sulthani Ghulam, Hati yang Bersih Kunci Ketengan Jiwa, diterjemahkan Abd. Ali (Jakarta: Madani Grafika, 2004)
Al-Ghazali Imam, Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin, penerjemah Zeid Hussein Al-Hamid (Jakarta: Pustaka Amani cet ke-2, 2007)

Lagi, Lembar Jawaban dan Soal UN SMP Bermasalah


BANDUNG, (PRLM).- Tipisnya lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) 2013 dikeluhkan para siswa SMP. Siswi SMPN 2 Kota Bandung Kelas IX Nuzulridha R.R menyebutkan, kualitas lembar jawaban UN (LJUN) sangat jelek. Kualitas kertas lebih tipis dan ada beberapa yang terdapat bintik-bintik. Selain itu juga untuk terdapat beberapa kesalahan pengetikan dalam lembar soal. Misalnya kata "karung" menjadi "karang" dan kata "biaya" menjadi "buaya".
"Waktu UN SD lembar jawabannya lebih tebal dan putih. Sementara kalau sekarang LJUN lebih tipis dan ada beberapa bintik-bintik. Soalnya juga seperti (dicetak di) kertas buram," kata Nuzul di SMPN 2 Kota Bandung, Jln. Sumatera, Kota Bandung, Senin (22/4/2013).
Sementara itu Kepala Sekolah SMPN 9 Ipin Hanafi mengkui LJUN memang kualitasnya lebih bagus tahun lalu. Saat ini LJUN dan soal dijadikan satu maka kemungkinan kualitas kertasnya sama dengan kualitas soal yang biasanya lebih tipis. Menurut dia, kualitas kertas soal jelek, tapi LJUN harus kualitas lebih bagus.
"Siswa tidak perlu khawatir, jika kertas soal lecek atau ada gangguan selama barcodenya tidak terganggu mudah-mudahan tidak ada masalah. Asal barcodenya tidak terganggu," kata Ipin.
Permasalahan LJUN juga ditemui pada pelaksanaan UN di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Bandung. Wakil Kepala SLBN A Wiyata Guna Tarman mengakui pada pelaksaan UN jenjang SMP pun para siswa kembali tidak mendapatkan LJUN. Hal ini juga terjadi pada pelaksaan UN jenjang SMA sebelumnya. Dia pun sampai saat ini tidak mengetahui kenapa SLB tidak mendapatkan LJUN.
"Mereka menjawab pertanyaan di kertas brillo. Nanti akan dialihhurufkan oleh panitia menjadi huruf kapital di lembar jawaban yang baru. Sampai sekarang pun saya tidak tahu kenapa kami tidak dapat lembar jawaban UN," kata Tarman. (A-208/A_88)***

Untuk Adik-adik di Rumah

Waktu itu tahun 1987. Saya berkesempatan mewakili sekolah dalam Temu Diskusi Pelajar SLTA se Jakarta Bogor Tangerang dan Bekasi, untuk membahas masalah narkotika dan penanggulangannya.

Diskusi dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok berisi sepuluh pelajar. Saya beruntung bisa berada dalam kelompok diskusi yang hebat. Rekan-rekan diskusi saya semua sangat periang, humoris tapi juga 'berisi.' Bukan hal aneh, sebab kebanyakan dari mereka peraih ranking I di sekolah masing-masing.

Setelah salat Dzuhur, kami makan siang. Paket nasi, lauk, sayur dan buah ditaruh dalam dus. Kami diminta makan siang bersama kelompok diskusi masing-masing. Saya melihat Toto (bukan nama sebenarnya) dari sbuah SMU di Jakarta Timur, ketua kelompok diskusi kami, tidak makan.

"Mengapa tidak makan, To? Kamu nggak lapar?"

Dia tersenyum. "Makasih."

"Kamu puasa, ya?' tebak saya.

Ia mengangguk.

"Hari Rabu begini?"

Ia mengangguk lagi. "Jatah saya dibawa pulang."

Semua asyik makan dan tak lagi mempedulikan Toto.

"Wah, saya kenyang nih, nasinya kebanyakan...," suara seorang teman lelaki kami.

"Ya, gue juga nggak habis nih!" timpal yang lain.

Sari dari SMA 1, yang duduk di samping saya juga tak menghabiskan makannya. Lalu tiba-tiba saya juga merasa sangat kenyang.

Selesai makan kami menaruh kardus sisa makanan di kolong meja masing-masing dan bersiap-siap mengikuti ceramah di ruang utama.

Karena notes saya ketinggalan, setengah berlari saya pun kembali ke ruang diskusi ditemani Sari.

Saya hampir tak percaya dengan apa yang kami lihat di ruang diskusi. Tak ada siapa pun. Hanya Toto yang sedang melongok meja kami masing-masing dan mengeluarkan kardus sisa makanan kami semua. Saya menatapnya tak mengerti. Dan sebelum saya bertanya, Toto tersenyum, setengah menunduk.

"Untuk adik-adik di rumah, ...mereka pasti gembira...."

Saya tak sanggup berkata sepatah pun. Sari menggigit bibirnya sendiri. Sesuatu yang pedih merembesi relung-relung batin kami. Hanya mata ini yang semakin berkaca-kaca.

Mensucikan Hati dan Keutamaannya

MENCUSIKAN HATI

Allah berfirman yang artinya, “(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. asy-Syu’ara: 88-89)
Ibnu Katsir berkata, “‘(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna’ Artinya, harta seseorang tidak akan bisa menjaga diri orang tersebut dari azab Allah, walaupun dia menebusnya dengan emas seluas dan sepenuh bumi. ‘Dan tidak pula anak-anak laki-laki’, artinya tidak pula bisa menghindarkan dirinya dari azab Allah, walaupun dia menebus dirinya dengan semua manusia yang bisa memberikan manfaat kepadanya. Yang bermanfaat pada hari kiamat hanyalah keimanan kepada Allah dan memurnikan peribadatan hanya untuk-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan dari para pelakunya. Oleh karena itu, Allah kemudian berfirman, ‘Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.’ Yaitu, hati yang terhindar dari kesyirikan dan dari kotoran-kotoran hati.”
Imam asy-Syaukani berkata, “Harta dan kerabat tidak bisa memberikan manfaat kepada seseorang pada hari kiamat. Yang bisa memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.”
Ayat-Ayat yang Lain
1. Allah berfirman,
“(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. ash-Shaffat: 84)
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata di dalam tafsirnya, “Yakni dia datang menghadap Allah dengan membawa hati yang selamat dari kesyirikan, syubhat-syubhat, dan syahwat-syahwat yang bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Apabila hati seorang hamba telah selamat dari hal-hal di atas, maka hati tersebut akan terhindar dari segala keburukan-keburukan, dan sebaliknya hati tersebut akan memunculkan kebaikan-kebaikan. Dan di antara bentuk keselamatan hati adalah bahwa ia selamat dari perbuatan menipu daya manusia, serta selamat dari hasad dan dari berbagai bentuk akhlak yang tercela.”
2. Allah berfirman,
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang.’” (QS. al-Hasyr: 10)
Imam asy-Syaukani berkata tentang ayat di atas yang maknanya bahwa yang dimaksud orang-orang yang datang setelah para sahabat adalah semua orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan mereka untuk memohon ampunan untuk diri mereka sendiri dan juga untuk para pendahulu mereka yang telah mendahului mereka dalam beriman. Allah juga memerintahkan mereka untuk berdoa kepada-Nya agar dihilangkan dari hati mereka perasaan ghill, yaitu rasa dendam, dongkol, dan dengki terhadap kaum mukminin -dan tentunya yang menduduki peringkat utama dalam golongan kaum mukminin adalah para sahabat karena merekalah generasi paling mulia dari umat ini.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Doa ini berlaku secara umum untuk semua kaum mukminin baik dari kalangan sahabat atau umat sebelum sahabat atau generasi-generasi setelah sahabat. Dan ini termasuk di antara keutamaan-keutamaan iman, yaitu bahwa kaum mukminin itu saling memberi manfaat satu sama lain, saling mendoakan satu sama lain. Semua itu karena adanya kebersamaan dalam keimanan yang berimplikasi adanya ikatan ukhuwwah antar mukmin, yang di antara cabangnya adalah saling mendoakan dan saling mencintai antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, Allah menyebutkan dalam doa tersebut permintaan dihilangkannya rasa ghill dari hati mereka, sedikit ataupun banyak. Apabila sifat ghill tersebut telah hilang dari hati, maka akan muncul sifat yang menjadi lawan dari sifat tersebut, yaitu rasa cinta antara sesama mukmin, saling menolong dan menasehati, serta sifat-sifat terpuji lainnya yang termasuk hak-hak orang mukmin yang harus ditunaikan.”
Hadits-Hadits Rasulullah
1. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, beliau berkata, “Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Siapakah orang yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.’ Para sahabat berkata, ‘Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?’ Rasulullah menjawab, ‘Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad.’” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah 4216 dan Thabarani, dan dishahihkan oleh Imam Albani di dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)
2. Diriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir, dia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘… Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Apabila dia baik, maka menjadi baik pula semua anggota tubuhnya. Dan apabila rusak, maka menjadi rusak pula semua anggota tubuhnya. Ketahuilah dia itu adalah hati.’” (Muttafaq ‘alaihi)
3. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau berkata, “Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah. Tiba-tiba beliau berkata, ‘Akan lewat di hadapan kalian saat ini seorang calon penghuni surga.’ Lalu lewatlah seorang pemuda Anshar dalam keadaan dari jenggotnya menetes sisa-sisa air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal. Pada keesokan harinya, Rasulullah bersabda lagi persis sebagaimana sabdanya kemarin, lalu lewatlah pemuda tersebut dengan keadaan persis dengan keadaannya yang kemarin. Dan pada hari yang ketiga Rasulullah mengulang lagi sabdanya seperti sabdanya yang pertama dan pemuda itu pun muncul lagi dengan keadaan seperti keadaannya yang pertama. Maka, ketika Rasulullah beranjak pergi, Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash segera mengikuti pemuda tersebut (ke rumahnya), lalu berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya antara aku dan bapakku telah terjadi perselisihan, maka aku bersumpah tidak akan masuk ke rumahnya selama 3 hari. Jika engkau tidak keberatan, aku ingin menumpang padamu selama 3 hari tersebut.’ Pemuda tersebut berkata, ‘Ya, tidak apa-apa.’”

Penghafal Quran


“Penghafal Quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran berkata: “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan).AlQuran kembali meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Tirmidzi)

 “Orang-orang yang tidak punya hafalan Al-Quran sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mu runtuh.” (HR Tirmidzi)

 “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

Dalil Al-Qur'an Tentang ADANYA TUHAN

Dalil Al-Qur'an adanya Tuhan
image: sulitbelajar.wordpress.com
Berikut adalah dalil-dalil tentang adanya wujud Tuhan yang diterangkan oleh Al-Qur'an secara logika, ALLah taala berfirman:

رَبُّنَا الَّذِىْۤ اَعْطٰـى كُلَّ شَىْءٍ خَلْقَهٗ ثُمَّ هَدٰى
Yakni, Tuhan adalah Dia Yang telah menganugerahkan kepada tiap sesuatu penciptaan/kelahiran yang sesuai dengan keadaannya, kemudian menunjukinya jalan untuk mencapai kesempurnaannya yang diinginkan (20:50).

Kini jika memperhatikan makna ayat tersebut kita menelaah bentuk ciptaan -- mulai dari manusia hingga binatang-binatang daratan dan lautan serta burung-burung -- maka timbul ingatan akan kekuasaan Ilahi. Yakni, bentuk ciptaan setiap benda tampak sesuai dengan keadaannya. Para pembaca dipersilahkan memikirkannya sendiri, sebab masalah ini sangat luas.